Eksotisme Material Lokal
Perkembangan jenis material arsitektur saat ini sangatlah pesat, berbagai teknologi dan metode dikembangkan untuk menghasilkan beragam pilihan material bangunan. Salah satu faktor penyebabnya adalah isu tentang bangunan yang ramah lingkungan. Tidak sedikit produsen material yang mengembangkan produknya dari material lokal yang dimodifikasi dengan teknologi mutakhir untuk menyempurnakan hasil produk, meningkatkan efisiensi proses pembuatan, dan memberikan solusi atas kekurangan material terdahulu yang masih dikerjakan secara mandiri (home industry).
Material ramah lingkungan memiliki kriteria sebagai berikut;
a. Tidak beracun, sebelum maupun sesudah digunakan
b. Dalam proses pembuatannya tidak memproduksi zat-zat berbahaya bagi lingkungan
c. Dapat menghubungkan kita dengan alam, dalam arti kita makin dekat dengan alam karena kesan alami dari material tersebut (misalnya bata mengingatkan kita pada tanah, kayu pada pepohonan)
d. Bisa didapatkan dengan mudah dan dekat (tidak memerlukan ongkos atau proses memindahkan yang besar, karena menghemat energi BBM untuk memindahkan material tersebut ke lokasi pembangunan)
e. Bahan material yang dapat terurai dengan mudah secara alami
Ada pula produsen yang hanya mengambil nilai material lokal dari segi visual dan tekstur saja, bahan dasar yang digunakan tidak sama dengan material lokal setempat, misalnya lempengan batu alam yang terbuat dari campuran semen, papan kayu yang terbuat dari lembaran plat besi atau sejenis karet yang sifatnya ringan dan lentur, dan lain sebagainya. Hal ini sangat membantu kebutuhan arsitektur dalam visualisasi bangunan terutama jika arsitek memiliki pola desain yang sulit diaplikasikan dengan material lokal.
Jika beberapa orang menganggap penggunaan material lokal terkesan kuno dan tidak modern, lain halnya dengan sebagian orang yang memang menyukai penggunaan material lokal karena dianggap lebih natural dan memiliki nilai kelokalan. Hal ini kembali kepada selera masing-masing individu untuk mengaplikasikan material terhadap bangunan yang digunakan. Sudah banyak arsitek yang mengkombinasikan material lokal dengan konsep modern yang kekinian, ditambah lagi dengan sentuhan teknologi bangunan yang digunakan pada bangunan bertingkat tinggi atau bentang lebar. Sehingga, tidak menjadi suatu masalah jika ingin tetap menggunakan material lokal sebagai elemen arsitektural yang mengusung konsep modern.
Aplikasi material lokal dengan keluguannya juga tidak kalah menarik, justru memiliki nilai lebih bagi para penyukanya. Bambu misalnya, memiliki karakter yang lentur dan mudah diperbaharui, jika diolah dengan baik dan dibuat pola desain yang mengikuti karakter bambu itu sendiri, maka akan semakin terlihat eksotis dan bernilai seni. Begitu pula dengan batu alam dan batu bata, mereka memiliki karakteristik yang rigid tetapi berbeda warna dan tekstur. Jika dikombinasikan, maka nuansa natural dan menyatu dengan lingkungan alam sekitar sangat terasa.
Penggunaan material lokal yang dipadukan dengan kemajuan teknologi dalam pengolahannya akan menghadirkan nilai lebih bagi material itu sendiri. Bambu jika diolah dengan teknologi dan perlakuan modern, dengan tidak mengubah bentuk fisik dan karakter dari bambu itu, yang terjadi adalah kesan eksotis nan etnik yang khas dari bambu, dimana mungkin masyarakat terdahulu sudah pernah membuatnya dengan teknik sederhana dan sesuai dengan kemampuan pengetahuan membangun pada saat itu. Anindya S. Tejowati – ARCHIRA Architecture Consultant
ARCHIRA Architecture Consultant
Jl. Garuda 185 B, RT 05/RW 30,
Gejayan, Condongcatur, Depok, Sleman,
Yogyakarta 55283
Telp. (0274) 882480 / 0821 3453 5876
Email : arsitekarchira@gmail.com
www.arsitekarchira.com
