Pasang IKLAN BARIS GRATIS! DAFTAR | LOGIN


Naturalisasi Hunian Konsep Up Slope PAGUPON PRIMA

    Primatia Romana-Thomas David Devereux beserta putrinya
    Naturalisasi Hunian Konsep Up Slope PAGUPON PRIMA
    Ruang aktivitas area lantai bawah
    Area dapur & ruang makan dengan furnitur kayu bernuansa klasik
    Gazebo sebagai tempat bersantai di area rooftop dan Area playground anak berlata

    Rumah merupakan tempat tujuan terakhir kita setelah seharian beraktifitas di luar untuk bekerja, sekolah ataupun melakukan beragam kegiatan lainnya. Di rumah segala rasa lelah dan penat akan sedikit terangkat ketika berkumpul, bercengkrama, dan bersenda gurau atau sekedar menceritakan peristiwa yang terjadi hari ini dengan anggota keluarga lainnya. Untuk itu arsitektur dan suasana rumah harus dibuat senyaman mungkin untuk mendukung hal tersebut. Suasana pedesaan yang nyaman, damai, serta jauh dari hiruk pikuk keramaian kota begitu terasa ketika berada di lingkungan rumah milik pasangan suami-istri, Primatia Romana Wulandari dan Thomas David Devereux yang beralamat di dusun Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

    Melihat area sekeliling rumah, pepohonan dengan ukuran yang cukup besar nampak di sekeliling bangunan rumah perindang. Tepat pada sisi depan rumah terdapat lahan kosong yang ditumbuhi pepohonan layaknya sebuah hutan nan asri. Semilir angin bertiup diantara dedaunan menambah kesan damainya pedesaan. “Jadi memang orang tua asli sini. Setelah bekerja kemudian saya berpikir untuk membangun rumah di kawasan sini juga, kebetulan juga saya ingin punya rumah di kawasan yang masih tenang, jauh dari keramaian, dan daerahnya juga masih sangat asri,” papar Prima, sapaan akrab pemilik rumah.

    Ditanya mengenai konsep bangunan, Prima menjelaskan bahwa konsep awal rumah tersebut yaitu keinginan akan sebuah hunian yang menyatu dengan alam sekitarnya namun tetap memiliki desain modern. Setiap sudut rumah yang selesai dibangun pada tahun 2015 tersebut nampak memaksimalkan keterbukaan dengan alam di sekitarnya, menyatu, dan menghadirkan kehangatan suasana. “Dulu bangun rumah inginnya berbentuk minimalis modern. Namun karena kontur tanah di sini yang didominasi perbukitan batu cadas, jadi untuk layout dan tata ruang harus disesuaikan. Ternyata permukaan batu cadas tersebut dapat dimanfaatkan sebagai pondasi bangunan yang kuat. Kebetulan dulu untuk perencanaan dan gambar bangunannya dibantu oleh saudara yang mempunyai basic pendidikan arsitek,” ungkapnya.

    Dilihat dari luar, rumah yang berdiri di atas lahan seluas kurang lebih 300 m² tersebut memiliki penampakan bangunan dinding yang masif dengan aksen jendela berukuran cukup besar, sepintas terkesan kaku, namun ketika mulai memasuki bagian dalam rumah, suasana yang terasa begitu hangat dan juga lapang. Suasana tersebut sesuai dengan keinginan pemilik rumah untuk menghadirkan rumah dengan pusat aktifitas di bagian dalam rumah. Penggunaan kaca pada sekeliling rumah bagian dalam dengan view natural menyajikan perpaduan konsep bangunan dengan alam sekitarnya.

    Bagian pertama yang mencuri perhatian dari rumah 3 lantai tersebut adalah ruang tamu dengan tampilan yang terkesan lapang dan begitu nyaman dengan penataan furnitur yang simpel. Area rumah yang nampak cukup luas dengan konsep tanpa sekat antara ruang tamu, ruang keluarga, serta area dapur menggambarkan pribadi yang terbuka dari penghuni rumah. Di salah satu sudut ruang tamu tersebut terdapat sebuah kolam ikan dengan suara gemericik air yang memberikan nuansa alam di dalamnya. Ruang tamu tersebut terkoneksi langsung dengan area dapur dan ruang makan di sisi sampingnya. Sebagai pembatas ruangan, terdapat sebuah cabinets kayu yang sekaligus menjadi tempat menaruh televisi. Tanpa adanya dinding pembatas membuat ruangan terasa lebih lega dan tidak terkesan penuh. Pada sisi dapur dan ruang makan tersebut, dominasi unsur kayu pada furnitur dan kitchen set serta bata ekspos nampak begitu kental yang menampilkan nuansa klasik nan hangat.

    Masuk menuju kamar tidur utama, kesan kamar yang cukup luas langsung terasa begitu memasuki area ini. Jendela-jendela kaca berukuran besar membuat sirkulasi udara dan cahaya alami di dalam ruang kamar lebih lancar. Pada tengah ruangan terdapat sebuah tempat tidur king size lengkap dengan bed cover bernuansa putih yang nampak begitu nyaman sebagai tempat beristirahat di malam hari. Unsur kayu dan bata ekspos kembali dapat ditemui pada sisi kamar tidur utama yang semakin mempercantik dekorasi ruangan tersebut. Bathroom pada kamar tidur utama tersebut memiliki nuansa hijau dengan konsep semi outdoor yang begitu menarik dengan ukuran yang cukup luas serta fasilitas modern seperti wastafel, toilet duduk, dan shower.

    Beralih menuju area lantai 2 dari bangunan rumah yang memiliki luas total sebesar 540 m² tersebut, terdapat 2 kamar tidur tambahan dan sebuah ruang terbuka yang dapat digunakan sebagai area bersantai dengan view alam nan menyejukkan. Kamar tidur di lantai 2 tersebut memiliki konsep dekorasi interior yang senada dengan kamar tidur utama di lantai bawah. Hal yang membedakan hanya pada view dari jendela kamar dan juga bathroom kamar tidur atas yang tidak di desain terbuka. Pada bagian ruang terbuka lantai 2 ini, terdapat sebuah tempat duduk kayu dengan atap natural yang ditumbuhi tanaman rambat sebagai peneduh. “Dulu setelah rumah ini selesai dibangun kebetulan saya sedang tinggal di Australia untuk menyelesaikan study saya. Jadi daripada rumah ini tidak ditempati dan rusak, saya putuskan untuk menyewakan rumah ini sebagai homestay. Kemudian baru mulai benar-benar saya tinggali lagi bersama keluarga pada bulan Desember tahun lalu,” ujar ibu dari Gabriella tersebut.

    Area terakhir dari hunian yang memakan waktu selama hampir 3 tahun tersebut yaitu area lantai 3 atau rooftop. Pada area tersebut lebih difungsikan sebagai tempat bersantai dan playground untuk area bermain anak. Area bermain anak tersebut nampak begitu luas lengkap dengan rumput sintetis serta area permainan pasir dengan latar berupa pepohonan hijau nan syahdu. Pada sudut area rooftop terdapat sebuah gazebo dan table set kayu dengan payung besar yang dapat digunakan orang tua untuk bersantai sembari mengawasi sang anak yang tengah bermain di area playground. “Kebetulan saya juga punya banyak saudara dengan anak mereka yang masih kecil. Jadi mereka sering berkumpul di rumah karena ada playground di sini. Saya sendiri juga senang kalau mereka main ke rumah, anak saya tidak kesepian karena jadi banyak temannya,” pungkas Prima mengakhiri perbincangan. Farhan-red

    PARTNER
    Archira - Architecture & Interior    A + A Studio    Sesami Architects    Laboratorium Lingkungan Kota & Pemukiman Fakultas Arsitektur dan Desain UKDW    Team Arsitektur & Desain UKDW    Puri Desain